OVERLOADING MUATAN AKAN MEMPERCEPAT KERUSAKAN JALAN
Pertumbuhan jumlah kendaraan baik itu kendaraan pribadi, umum maupun niaga meningkat setiap tahunnya. Hal ini yang akan membawa serangkaian masalah yaitu kemacetan lalu lintas, perilaku buruk pengendara saat di jalan dan juga banyak terjadi penyimpangan atau pelanggaran di berbagai ruas jalan yang dapat menimbulkan kerusakan jalan dan resiko kecelakaan yang tinggi yang terkait dengan muatan kendaraan. Perlu adanya upaya tindakan yang tegas bertujuan untuk meminimalisir pelanggaran lalu lintas berupa overloading untuk menghemat anggaran dana APBN yang di alokasikan guna perbaikan jalan yang rusak.
Overloading merupakan salah satu contoh kasus yang dapat menimbulkan kerusakan jalan dan mengkatkan resiko kecelakaan dan kasus ini sering kita temukan pada kendaraan niaga yang melintasi jalan nasional. Kasus ini banyak kita temukan karena banyak perusahaan yang menggunakan truk kontainer besar dalam pengangkutannya dan mereka lebih mengutamakan penghasilan dan tidak memperhatikan dampak yang terjadi akibat overloading. Banyaknya oknum yang tetap memberikan izin jalan,menjadikan mereka tidak berhenti melakukan kegiatan tersebut. Apalagi keterbatasan tempat dan waktu menjadi pengaruh besar mengapa overloadingmuatan sering terjadi.
Secara definisi beban berlebih (overloading) adalah suatu kondisi beban gandar kendaraan melebihi beban standar yang digunakan pada asumsi desainperkerasan jalan atau jumlah lintasan operasional sebelum umur rencana tercapai, atau sering disebut dengan kerusakan dini. Sedangkan umur rencanaperkerasan jalan adalah jumlah repetisi beban lalu lintas (dalam satuan Equivalent Standard Axle Load, ESAL) yang dapat dilayani jalan sebelum terjadi kerusakanstruktural pada lapisan perkerasan. Kerusakan jalan akan terjadi lebih cepat karenajalan terbebani melebihi daya dukungnya. Kerusakan ini disebabkan oleh salah satu faktor yaitu terjadinya beban berlebih (overloading) pada kendaraan yang mengangkut muatan melebihi batas beban yang ditetapkan yang secara signifikan akan meningkatkan daya rusak (VDF, Vehicle Damage Factor)kendaraan yang selanjutnya akan memperpendek umur pelayanan jalan. Beban berlebih (oveload) akan menyebabkan kerusakan dini akan terjadi pada jalan, karena jalan terbebani oleh kendaraan yang mengangkut beban berlebih, hal iniakan menyebabkan CESA rencana akan tercapai sebelum umur jalan yangdirencanakan pada saat mendesain jalan. Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan struktural atau sampai diperlukan overlay lapisanperkerasan (Sukirman, 1999).
Penambahan beban melebihi beban sumbu standar pada sumbu kendaraan akan mengakibatkan penambahan daya rusak yang cukup signifikan.Kerusakan terjadi lebih cepat karena konsentrasi beban pada setiap roda kendaraansangat tinggi akibat jumlah axle yang terbatas apalagi dengan adanya bebanberlebih karena pada perencanaan perkerasan jalan masih mengacu kepada desainkendaraan untuk muatan normal. Mekanisme beban kendaraan dalam mempengaruhi perkerasan jalannya tergantung dari bentuk konfigurasi sumbu kendaraan dan luas bidang kontak ban dengan perkerasan jalan.
Beban berulang atau repetition load merupakan beban yang diterima strukturperkerasan dari roda roda kendaraan yang melintasi jalan raya secara dinamisselama umur rencana. Besar beban yang diterima bergantung dari berat kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda, dan kendaraan, sertakecepatan dari kendaraan itu sendiri. Hal ini akan memberi suatu nilai kerusakanpada perkerasan akibat muatan sumbu roda yang melintas setiap kali pada ruas jalan.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 19 ayat 2 yang disebutkan bahwa :
a. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
b. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan
d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Jika kendaraan besar arterial masuk ke jalan lokal yang berdimensi jalan lebihkecil dengan izin MST yang lebih rendah, maka perkerasan jalan akan rusak lebihawal dan dimensi kendaraan yang lebih besar akan menghalangi pergerakan kendaraan lain yang sedang operasi di jalan lokal. Demikian kinerja pelayanan jalanmenjadi menurun, terjadi banyak konflik antar kendaraan dan perkerasan lebih cepat rusak. Maka dari itu pemerintah dakam hal ini adalah Kementerian Perhubungan perlu menindak tegas bagi kendaraan niaga yang melebihi muatan yang telah di tentukan seperti tilang dan penurunan muatan di jembatan timbang. Agar membuat efek jera bagi pemilik usaha.
Contoh peristiwa. “Sebagai salah satu jalan Negara, Jalan Lintas Timur Sumatera memiliki peran penting dalam pengembangan perekonomian Nasional. Terutama pada ruas Lago - Sorek, ada beberapa daerah industri seperti pabrik pulp dan kertas, serta minyak sawit mentah (CPO). Masalah yang berulang kali terjadi adalah kerusakan jalan dan pengurangan umur layan perkerasan jalan, hal ini sering disebabkan oleh kelebihan beban kendaraan. Evaluasi perkerasan kaku dilakukan pada ruas jalan Lago - Sorek di Km 77-78.Untuk mengevaluasi struktur perkerasan kaku digunakan metode AASHTO 1993. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbu beban kendaraan lebih dari 17,98% melebihi beban gandar maksimum. Jika dihitung dengan kondisi overload maka terjadi penurunan umur layan sebesar 8 tahun dari 20 tahun umur rencana. Jika dihitung menggunakan persamaan kehidupan Sisa dari, AASHTO 1993 penurunan dalam kehidupan pelayanan usia 25,94%. Jika di hitung menggunakan persamaan Remaining life dari AASHTO 1993, terjadi pengurangan umur layan sebesar 25,94.” (Wijaya dan Syaputra, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar