Minggu, 15 Januari 2017

OVERLOADING MUATAN AKAN MEMPERCEPAT KERUSAKAN JALAN

Pertumbuhan jumlah kendaraan baik itu kendaraan pribadi, umum maupun niaga meningkat setiap tahunnya. Hal  ini yang akan membawa serangkaian masalah yaitu kemacetan lalu lintas, perilaku buruk pengendara saat di jalan dan juga banyak terjadi penyimpangan atau pelanggaran di berbagai ruas jalan yang dapat menimbulkan kerusakan jalan dan resiko kecelakaan yang tinggi yang terkait dengan muatan kendaraan. Perlu adanya upaya tindakan yang tegas bertujuan untuk meminimalisir pelanggaran lalu lintas berupa overloading untuk menghemat anggaran dana APBN yang di alokasikan guna perbaikan jalan yang rusak.
Overloading merupakan salah satu contoh kasus yang dapat menimbulkan kerusakan jalan dan mengkatkan resiko kecelakaan dan kasus ini sering kita temukan pada kendaraan niaga yang melintasi jalan nasional.  Kasus ini banyak kita temukan karena banyak perusahaan yang menggunakan truk kontainer besar dalam pengangkutannya dan mereka lebih mengutamakan penghasilan dan tidak memperhatikan dampak yang terjadi akibat overloading. Banyaknya oknum yang tetap memberikan izin jalan,menjadikan mereka tidak berhenti melakukan kegiatan tersebut. Apalagi keterbatasan tempat dan waktu menjadi pengaruh besar mengapa overloadingmuatan sering terjadi.
Secara  definisi  beba berlebih  (overloading adalah  suatu  kondisi  beban gandar kendaraan melebihi beban standar yang digunakan pada asumsi desainperkerasan jalan atau jumlah  lintasa operasional  sebelum  umur  rencana tercapai,  atau  sering  disebut  dengan kerusakan diniSedangkan umur rencanaperkerasan jalan adalah jumlah repetisi beban lalu lintas  (dalam  satuan  Equivalent Standard  Axle  Load,  ESAL yan dapa dilayani  jalan sebelum terjadi kerusakanstruktural pada lapisan perkerasan. Kerusaka jalan akan terjadi lebih cepat karenajalan terbebani melebihi daya dukungnya. Kerusakan ini disebabkan oleh salah  satu faktor  yait terjadiny beba berlebih  (overloading pad kendaraa yang mengangkut  muata melebihi  batas  beba yan ditetapka yan secara signifika akan meningkatkan daya rusak (VDF, Vehicle Damage Factor)kendaraan yang selanjutnya akan memperpendek   umur   pelayanan   jalan.   Beban berlebih   (oveload akan   menyebabkan kerusaka dini  aka terjadi  pada  jalan, karen jalan   terbebani  oleh  kendaraa yang mengangkut beban berlebih, hal iniakan menyebabkan CESA rencana akan tercapai sebelum umur jalan yangdirencanakan pada saat mendesain jalan. Umur rencana perkerasan jalaadalah jumlah  tahun  dari  saa jala tersebut  dibuka  untuk  lalu  lintas  kendaraa sampai diperlukan  suatu  perbaikan  struktural  atau  sampai  diperlukan  overlay  lapisanperkerasan (Sukirman, 1999).

Penambaha beba melebihi  beba sumbu  standa pada  sumbu kendaraa akan mengakibatkan penambahan daya rusak yang cukup signifikan.Kerusakan terjadi lebih cepat karena konsentrasi beban pada setiap roda kendaraansangat tinggi akibat jumlah axle yang terbatas apalagi dengan adanya bebanberlebih  karena pada perencanaan perkerasan jalan masih mengacu kepada desainkendaraan untuk muatan normalMekanisme beban kendaraan dalam mempengaruhi  perkerasa jalanny tergantun dari  bentuk   konfigurasi  sumbu kendaraan dan luas bidang kontak ban dengaperkerasajalan.
Beban berulang atau repetition load merupakan beban yang diterima strukturperkerasan dari rodrod kendaraan yang melintasi jalan raya secara dinamisselama umur rencanaBesa beba yang  diterim bergantung  dari  berat kendaraan,  konfigurasi  sumbu,  bidang kontak antara roda, dan kendaraan, sertakecepatan dari kendaraan itu sendiri. Hal ini akan memberi suatu nilai kerusakanpada perkerasan akibat  muatan sumbu roda yang melintas setiap kali pada ruas jalan.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 19 ayat 2 yang disebutkan bahwa :
a.      Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
b.      Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
c.       jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan
d.      jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Jika kendaraan besar arterial masuk ke  jalan lokayang berdimensi jalan lebihkecil dengan izin MST yang lebih rendah, maka perkerasan jalaakan rusak lebihawal dan dimensi kendaraan yang lebih besar akan menghalangi pergerakakendaraan lain yang sedang operasi di jalan lokal. Demikian kinerja pelayanan jalanmenjadi menurun, terjadi banyak konflik antar kendaraan dan perkerasan lebih cepat rusak. Maka dari itu pemerintah dakam hal ini adalah Kementerian Perhubungan perlu menindak tegas bagi kendaraan niaga yang melebihi muatan yang telah di tentukan seperti tilang dan penurunan muatan di jembatan timbang. Agar membuat efek jera bagi pemilik usaha.


       
Contoh peristiwa. “Sebagai salah satu jalan Negara, Jalan Lintas Timur Sumatera memiliki peran penting dalam pengembangan perekonomian Nasional. Terutama pada ruas Lago - Sorek, ada beberapa daerah industri seperti pabrik pulp dan kertas, serta minyak sawit mentah (CPO). Masalah yang berulang kali terjadi adalah kerusakan jalan dan pengurangan umur layan  perkerasan jalan, hal ini sering disebabkan oleh kelebihan beban kendaraan. Evaluasi perkerasan kaku dilakukan pada ruas jalan Lago - Sorek di Km 77-78.Untuk mengevaluasi struktur perkerasan kaku digunakan metode AASHTO 1993. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbu beban kendaraan lebih dari 17,98% melebihi beban gandar maksimum. Jika dihitung dengan kondisi overload maka terjadi penurunan umur layan sebesar 8 tahun dari 20 tahun umur rencana. Jika dihitung menggunakan persamaan kehidupan Sisa dari, AASHTO 1993 penurunan dalam kehidupan pelayanan usia 25,94%. Jika di hitung menggunakan persamaan Remaining life dari AASHTO 1993, terjadi pengurangan umur layan sebesar 25,94.” (Wijaya dan Syaputra, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar